ARTIKEL
https://berita.99.co/contoh-artikel-singkat/
Mana yang benar Artikel adalah jenis tulisan yang berisi pendapat, ataukah berisi
gagasan, ataukah berisi
pikiran, atau berisi
kritik ?
Artikel biasanya ditulis dengan bahasa ilmiah populer.
Intinya, artikel opini adalah tulisan yang berisi pendapat penulis tentang data, fakta, fenomena, atau kejadian tertentu dengan maksud dimuat di surat kabar atau majalah.
A. Mengevaluasi Informasi, Baik Fakta Maupun Opini, dalam Sebuah Artikel yang Dibaca
Pernahkah kamu mengamati majalah atau surat kabar secara khusus? Apa yang dapat kamu temukan dalam surat kabar tersebut? Jika dicermati, berita dalam majalah atau surat kabar terdiri atas beragam rubrik.
Dari segi isinya, koran/majalah tersebut dapat berupa rubrik politik, hukum, olahraga, pendidikan, dan sebagainya. Dari segi bentuknya, ada surat pembaca, kolom, profil, opini, dan editorial.
Salah satu rubrik dari surat kabar atau majalah yang akan kamu pelajari pada pelajaran ini adalah artikel opini.
Artikel adalah tulisan tentang suatu masalah, termasuk pendapat dan pendirian penulis tentang masalah itu.
Artikel bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur pembaca.
Di dalam artikel terdapat fakta dan opini. Untuk membedakan antara fakta dan opini kamu harus memahami terlebih dahulu konsep dasar fakta dan opini.
https://www.youtube.com/watch?v=YQ0lkiIb-so
Berikut contoh artikel
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN
LITERASI BACA-TULIS:
ANTARA UPAYA DAN TANTANGAN
(oleh : Nana Sutisna, M.Pd.)
A. Pengantar
Kemampuan literasi baca-tulis peserta didik akan
mencerminkan wawasan pengetahuan yang dimilikinya. Peserta didik
yang literat berpotensi memiliki wawasan pengetahuan yang luas
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik
tersebut relatif lebih mudah menjalani kehidupan, khususnya dalam bidang
akademik. Sebaliknya, siswa yang aliterat akan kesulitan dalam
menjalani kehidupan terutama dalam bidang akademik. Dengan demikian, kemampuan
literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan di kalangan peserta didik.
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi
baca-tulis terhadap masa depan bengsa? Pada abad ke-21 ini,
kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan
baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan menuangkan informasi
secara analitis, kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri, kemampuan
literasi baca-tulis berperanan penting dalam memenangkan persaingan di dunia
internasional.
B. Tantangan Penumbuhan Budaya
Literasi
Patut disayangkan, kemampuan literasi baca-tulis
terutama dalam memahami bacaan, menunjukkan kompetensi peserta didik Indonesia
tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini terbukti dari hasil
uji internasional literasi membaca yang mengukur aspek memahami, menggunakan,
dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Pengujian ini dilakunkan PIRLS (Progress
in International Reading Literacy Study) tahun 2011. Berdasarkan data
tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke - 45 dari 48 negara
peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500. Sementara itu, uji literasi
membaca dalam PISA (Programme for International Student
Assessment) tahun 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia
berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 dari skor rata-rata 493. Pada PISA 2012
menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke - 64 dengan skor
396 dari skor rata-rata 496. Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009
dan 2012. (Dirjen Dikdasmen, 2016 : i)
Data di atas cukup mencemaskan kita semua.
Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat
mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa
peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi
kemampuan literasinya rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah
penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan
penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui
bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19
tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas
2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia
35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun.
Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup
kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan
literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Hal ini berkaitan dengan kultur
lisan lebih dominan daripada baca-tulis dalam lingkungan peserta
didik. Peserta didik lebih tertarik mencari informasi dari menyimak tontonan
daripada membaca tulisan. Di lingkungan sekolah, rendahnya kemampuan literasi
baca-tulis peserta didik karena ketidaktahuan akan manfaat yang diperoleh dari
kegiatan baca-tulis. Efektifitas praktik pelajaran baca-tulis di kelas yang
masih kurang dan terbatasnya kuantitas dan kualitas buku rujukan
menyebabkan pempelajaran tersebut kurang berhasil. Selain itu,
apresiasi sekolah terhadap sarana penyaluran
bakat baca-tulis semisal majalah dinding, buletin, majalah sekolah,
koran, buku sastra, dan blog atau situs sekolah masih
tersendat.
C. Upaya
Menumbuhkan Kemampuan Literasi Baca-Tulis.
Untuk mengatasi rendahnya kemampuan literasi
baca-tulis di kalangan peserta didik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang
melibatkan guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat. GLS memperkuat
gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam
gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran
sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan
minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar
pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai
budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan
sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Setahun lebih GLS diluncurkan. Gaung GLS merasuk ke
semua tingkatan pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah, termasuk ke
SMAN 2 Sumedang, tempat penulis mengabdi. Dalam kurun waktu tersebut
ketika upaya digulirkan serta-merta tantangan selalu
hadir mengikutinya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan di SMAN 2
Sumedang untuk meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis berpedoman
pada buku panduan GLS berkut ini.
1. Tahap pembiasaan
Kegiatan pertama yang dilakukan di SMAN 2 Sumedang
adalah pembiasaan membaca selama 15 menit setiap hari. Kegiatan yang dilakukan
para guru adalah membacakan kutipan buku dengan nyaring dan
mendiskusikannya. Ada pula guru yang menyuruh peserta didik
membaca mandiri. Tujuan kegiatan ini adalah memotivasi peserta didik untuk mau
dan terbiasa serta menunjukan bahwa membaca sesuatu kegiatan yang
menyenangkan. Disamping itu, tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memperkaya
kosakata, menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru, dan
mengajarkan strategi membaca.
Kegiatan tahap pembiasaan selanjutnya adalah
membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan. Dalam
praktiknya, perpustakaan sekolah menyelenggarakan kegiatan penunjang
keterampilan literasi informasi bagi para peserta didik. Keterampilan ini
kemudian diterapkan peserta didik saat mereka mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru bidang mata pelajaran yang diajarkan melalui tugas
meringkas atau membuat sinopsis buku. Tujuan kegiatan ini adalah
memperkenalkan proses membaca, mengembangkan kemampuan membaca
secara efektif dan meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.
Membaca terpandu dan membaca
mandiri adalah kegiatan berikutnya. Guru memandu peserta didik
membaca dalam kelompok yang lebih kecil. Tujuan kegiatan ini adalah untuk aktif
meningkatkan pemahaman, menganalisis bacaan, membuat tanggapan terhadap bacaan
dan membuat peserta didik mampu membaca mandiri.
2. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan adalah berbagai kegiatan tindak
lanjut yang dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam
tahap pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala
(misalnya 1 - 2 minggu). Adapun kegiatan tindak lanjut seperti berikut: menulis
komentar singkat terhadap buku, bedah buku, reading award, dan
mengembangkan iklim literasi sekolah..
c. Tahap
Pembelajaran
Dalam tahap pembelajaran ini berbagai jenis
kegiatan pernah dilakukan di SMAN 2 Sumedang termasuk
lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran. Kegiatan literasi
lain dalam pembelajaran adalah dengan sistem pemberian tagihan akademik kepada
peserta didik. Dalam hal ini, guru pun dituntut melaksanakan berbagai strategi
untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran. Menggunakan lingkungan fisik,
sosial, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran sangat
dtekankan kepada guru-guru untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
Di samping itu, peserta didik dituntut menulis biografinya dalam satu kelas
sebagai proyek kelas.
D.
Tantangan Menumbuhkan Kemampuan Literasi Baca-Tulis.
Pada tahap pembiasaan, kegiatan membaca
selama 15 menit setiap hari ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi SMAN
2 Sumedang. Meluangkan waktu lima belas menit dalam pembelajaran
tampaknya kelihatan ringan. Selama lima belas menit guru hanya
dituntut membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya
atau peserta didik membaca mandiri. Pada kenyataanya, masih ada
anggapan beberapa guru di SMAN 2 Sumedang yang tidak mau jam mengajarnya
terpotong. Mereka beralasan selain itu terpotong kegiatan
tersebut, jam mengajar mereka terpotong pula oleh waktu berdoa,
menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mengabsen peserta didik, dan
lain-lain. Meskipun demikian, ada beberapa guru yang sudah melaksanakan
kegiatan tersebut, namun masalah konsistensi dan
kesinambungannya tak bisa dijaga.
Membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan, membaca
terpandu, dan membaca mandiri adalah kegiatan berikutnya dalam tahap
pembiasaan. Tantangan dalam kegiatan ini adalah kuantitas dan kualitas buku di
perpustakaan sangat terbatas. Buku-buku penunjang, seperti buku sastra selalu
tidak signifikan dengan jumlah siswa.
Setelah tantangan pada tahap pembiasaan, muncul
pula tantangan pada kegiatan tahap pengembangan. Tak dapat dipungkiri,
tantangan ini muncul karena kegiatan ini adalah tindak
lanjut yang dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap
pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 -
2 minggu). Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca
harian adalah kegiatan tahap pengembangan yang selalu dihadapkan pada sebuah tantangan. Walaupun
jurnal membaca harian dapat dibuat secara sederhan, singkat, namun konsistensi
selalu terkendala. Padahal peserta didik hanya mengisi sendiri jurnal hariannya
dengan menyebutkan judul buku, dan pengarang.
Bedah buku secara sederhana dapat diartikan sebuah
kegiatan mengungkapkan kembali isi suatu buku secara ringkas dengan memberikan
saran terkait dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut. Tantangan yang
dihadapi dalam kegiatan tahap ini adalah terbatasnya buku-buku baru yang
berkualitas sebagai bahan resensi. Di samping itu, faktor kejenuhan
selalu menghantui peserta didik.
Reading award dan mengembangkan iklim
literasi sekolah juga merupakan tindak lanjut kegiatan 15 menit membaca.
Apabila dalam tahap pembiasaan sekolah mengutamakan pembenahan lingkungan
fisik, dalam tahap pengembangan ini sekolah dapat mengembangkan lingkungan
sosial dan afektif. Tantangan terberat dari kegiatan-kegiatan ini adalah belum
populernya penghargaan prestasi literasi di kalangan warga sekolah. Prosedur penentuan penerima reading award belum
sepenuhnya dipahami oleh pihak-pihak yang terkait.
Bagaimana dengan tantangan membangun iklim literasi
sekolah? Ini merupakan tantangan yang tersulit. Menyadarkan seluruh warga
untuk melek litersi bukan perkara mudah. Perlu kerja sama yang
serius antara kepala sekolah, guru, tata usaha, siswa, orang tua, dan
masyarakat untuk mewujudkan gerakan mulia ini.
Terakhir, yang harus dihadapi dalam menumbuhkan
kemampuan litarasi baca-tulis di kalangan peserta didik adalah tantangan dalam
tahap pembelajaran. Tagihan akademik dan non akademik dari kegiatan ”lima belas
menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran” memerlukan kesiapan dan
ketelatenan semua warga sekolah. Selanjutnya, tantangan pada kegiatan tahap
pembelajaran dalam melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam
semua mata pelajaran selalu dikesampingkan. Akibatnya, kegiatan ini membosankan
peserta didik. Belum lagi penggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan
akademik yang disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang
kaya literasi di luar buku teks pelajaran belum maksimal.
E. Solusi
Kemampuan baca-tulis sebagai kemampuan
literasi perlu ditekankan pada peseta didik mulai sejak dini. Lebih lanjut tingkatan
minat baca-tulis peserta didik sangat menentukan kualitas dalam berwawasannya.
Dalam proses pendidikan, keberhasilan mereka sangat ditentukan oleh kemampuan
membaca dan menulis.
Keberhasilan dari program literasi
baca-tulis yang dilaksanakan di sekolah bergantung kepada berbagai pihak,
seperti kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha, komite, dan orang
tua. Sinergitas semua warga sekolah sangat diperlukan dalam hal ini. ”Membaca
lima belas menit sebelum pelajaran di mulai setiap hari”, perlu difahami oleh
semua warga sekolah bahwa kegiatan ini adalah pondasi bagi kegiatan literasi
yang lainnya. Bagi guru yang merasa jam pelajarannya terpotong, dengan kesepakatan
bersama, solusinya dengan mengeser lebih awal jam masuk sekolah. Biasanya jam
07.00 WIB bel berbunyi tanda masuk, digeser lebih awal menjadi jam 06.45 WIB.
Jika kegiatan lima belas menit ini berjalan dengan lancar, tertib, dan
berkesinambungan makan tahapan lain dari kegiatan literasi akan lancar pula.
Keberadaan perpustaakaan yang
representatif amat dibutuhkan dalam upaya penumbuhan kemampuan literasi
baca-tulis. Kuantitas dan kualitas buku rujukan di perpustakaan menjadi sentral
dalam kegiatan ini. Pembangunan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik
yang disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital)
yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran perlu mendapat perhatian setiap
sekolah.
F. Kesimpulan dan Harapan
”Lima belas menit begitu menentukan!” Ya, itulah ungkapan yang
tepat untuk menggambarkan betapa pentingnya kegiatan ini dalam meningkatkan
kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Mengapa
demikian? Lihat Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti kalimat “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran
sebelum waktu belajar dimulai” tertuang secara eksplisit. Ini
menunjukan bahwa jiwa dari gerakan litersi sekolah adalah pembiasaan membaca 15
menit sebelum pembelajaran dimulai setiap hari. Adapun kegiatan tahap
pengembangan dan pembelajaran adalah tindak lanjut dari kegiatan ini.
Tampaknya kegiatan membaca 15 menit ini
banyak yang menganggap sepele. Padahal tidak demikian. Kegiatan
membaca 15 menit ini dapat menentukan masa depan bangsa. Mudah-mudahan program
ini dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan berkesimambungan. Pada
akhirnya, harapan hasil uji internasional PISA dan PIRLS
peserta didik kita bisa sejajar dengan negara maju. Rasa
pesimistis dalam menyongsong era genersi emas 2045 dengan berbekal
bonus demografi yang literat akan berubah menjadi optimistis. Bonus demografi
tidak akan menjadi beban pembangunan melainkan menjadi modal
pembangunan di masa depan.
Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan
literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan selalu
menghadang. Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi
kesempatan kita dan peserta didik untuk membaca. Jadikanlah kegiatan
ini menjadi ladang ibadah bagi kita dalam menuntut ilmu. Filsuf
Muslim, Imam Ghozali, pernah berkata, ”Menuntut ilmu adalah taqwa.
Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari
ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!
Sumedang, 10 November 2020
B. Pengertian Teks Artikel
Teks
di atas yang berjudul Menumbuhkan Kemampuan
Literas Baca-Tulis: antara Upaya dan Tantangan itulah merupakan
teks artkel. Teks tersebut mengupas pendapat seorang penulis
terhadap suatu data, fakta, atau peristiwa berdasarkan analisis
subjekif penulis. Biasanya artikel diterbitkan oleh media cetak setiap hari,
kecuali hari Minggu. Artikel ini tidak terlalu panjang,
C. Ciri-ciri Teks Artikel
1. Fungsi Artikel
Jika
ditelaah lebih mendalam, teks artikel befungsi memberikan informasi kepada para
pembaca agar mengetahui, memahami, mengkritisi, dan menilai suatu data, fakta,
atau kejadian yang ditulis berdasarkan
pendapat penulis
2. Struktur Artikel
Berdasarkan
teks artikel yang telah dibaca di atas, ternyata
teks artikel mempunyai struktur pendahuluan teks atau tesis (pernyataan
umum), yakni
berupa sorotan peristiwa yang mengandung suatu persoalan aktual. Berikut ini contoh bagian
struktur pendahuluan:
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi
baca-tulis terhadap masa depan bengsa? pada abad ke-21 ini, kemampuan
berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan
baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan menuangkan informasi
secara analitis, kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri, kemampuan
literasi baca-tulis berperanan penting dalam memenangkan persaingan di dunia
internasional.
Selain struktur pendahuluan, teks
artikel pun menpunyai struktur yang menjadi bagian inti dari teks artikel itu
sendiri. Struktur inti artikel sering disebut juga bagian
penyampaian opini-opini atau urutan gagasan. Struktur ini berupa
tanggapan-tanggapan penulis berkenaan dengan peristiwa, kejadian,
atau persoalan aktual. Untuk lebih jelasnya, perhatikan petikan berikut ini.
Data di atas cukup mencemaskan kita semua.
Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat
mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa
peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai
bonus demografi kemampuan literasinya rendah. Bonus demografi yang
dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak
dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara
tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak
usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah
43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun
2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang
berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila potensi tersebut
tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan
menjadi generasi lemas.
Sebagai struktur penutup, teks artikel biasanya
berupa kesimpulan, saran, atau rekomendasi yang berupa pernyataan
dalam menyelesaikan persoalan yang dikemukakan sebelumnya. Berikut ini
disajikan pengglan penutup sebuah teks artikel:
Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan
literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan selalu menghadang.
Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi kesempatan kita dan
peserta didik untuk membaca. Jadikanlah kegiatan ini menjadi
ladang ibadah bagi
kita dalam menuntut ilmu. Filsuf Muslim, Imam Ghozali, pernah
berkata, ”Menuntut ilmu
adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang
ilmu adalah
zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!
3. Kaidah-kaidah Kebahasaan
Perhatikan kembali teks
artikel yang telah dibaca tadi. Dapat dilihat bahwa teks tersebut tersusun dari
beberapa paragraph. Paragraf-paragraf tersebut tersusun dari beberapa kalimat,
selanjutnya kalimat-kalimat tersusun dari beberap kata. Dilihat dari susunan
kalimat, ternyata kaidah kebahasaan kalimat teks artlikel
didominasi kalimat fakta dan opini. Berikut ini contoh kalimat fakta dan opini
dalam teks artikel:
a. Menggunakan kalimat-kalimat fakta
1. Bonus demografi yang dimaksud
adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak
dibandingkan dengan penduduk usia tua.
2. Kondisi ini akan berlangsung
antara tahun 2012 hingga 2035.
3. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah
anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19
tahun berjumlah 43,55 juta jiwa.
4. Mereka inilah kader generasi
emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan
berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54
tahun.
b. Menggunakan kalimat-kalimat opini
1. Apabila potensi tersebut tidak
dikelola dengan benar, tidak menutup
kemungkinan genersi
emas akan menjadi generasi lemas.
2. Alih-alih bangsa
Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045,
dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai
bonus demografi kemampuan literasinya rendah.
Teks artikel yang merupakan tulisan opini sering
pula memunculkan kalimat retotis, ungkapan khas pengarang, istilah asing,
konjungsi kausatif, dan konjungsi Penunjuk waktu. Berikut ini
ditampilkan contoh hal tersebut:
c. Adanya
penggunaan kalimat retoris
1. Mengapa kemampuan literasi baca-tulis perlu
ditumbuhkan terutama di kalangan peserta didik?
2. Seberapa pentingkah kemampun
literasi baca-tulis bagi peserta didik?
3.Pertanyaan lebih jauh,
seberapa berpengaruhkah kemampuan literasi baca-tulis
terhadap masa depan suatu bangsa?
d. Menggunakan istilah khas/kedaerahan
1. Alih-alih bangsa
Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas
2045, dihadapkan
pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai
bonus demografi kemampuan literasinya rendah.
2. Apabila potensi tersebut
tidak dikelola dengan benar, tidak menutup
kemungkinan genersi
emas akan menjadi generasi lemas.
e. Tidak menggunakan kata pengganti personal ( saya,
kamu, Anda, dia dan lain-lain)
f. Banyak menggunakan kata-kata populer asing
1. Pengujian ini dilakunkan PIRLS (Progress
in International Reading Literacy
Study) tahun 2011.
2. Sementara itu, uji literasi
membaca dalam PISA (Programme for International
Student Assessment) tahun
2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada
pada peringkat
ke-57 dengan skor 396 dari skor rata-rata 493
3. Reading award dan mengembangkan iklim
literasi sekolah juga merupakan
tindak
lanjut kegiatan 15 menit membaca.
4. Belum lagi penggunakan
lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik yang
disertai beragam bacaan
(cetak, visual, auditori, digital) yang kaya
literasi di
luar buku
teks pelajaran belum maksimal
g. konjungsi yang merujuk pada waktu, tempat,
peristiwa, atau hal lainnya
yang menjadi fokus ulasan.
Setelah tantangan pada tahap pembiasaan,
muncul pula tantangan pada kegiatan
tahap pengembangan.
h. penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, sebab, oleh
sebab itu.
1.Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya
kemampuan literasi baca-tulis
di kalangan peserta
didik.
2. Hal ini karena berkaitan dengan
kultur lisan lebih dominan daripada baca-tulis
dalam lingkungan peserta
didik.
4. Prosedur Pembelajaran
1. Fakta dan opini sebuah artikel
Perhatikan
teks berikut!
Data di atas cukup mencemaskan kita semua.
Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat
mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa
peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi
kemampuan literasinya rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah
penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan
penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui
bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19
tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas
2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia
35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun.
Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup
kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Kalimat-kalimat
dalam teks di atas dapat dikelompokan ke dalam dua bagian, yaitu kelompok
kalimat fakta dan kalimat opini. Berikut ini disajikan pengelompokannya sebagai berikut:
Kalimat
fakta |
Kalimat
opini |
Data
di atas cukup mencemaskan kita semua. |
Bonus
demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata
sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. |
Bagaimana
tidak? |
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah
anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun
berjumlah 43,55 juta jiwa. |
Alih-alih bangsa Indonesia
sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada
kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai
bonus demografi kemampuan literasinya rendah. |
. |
Kondisi
ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. |
|
Mereka
inilah kader generasi emas 2045. |
|
Pada
tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan
yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. |
|
Apabila
potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi
emas akan menjadi generasi lemas. |
Berdasarkan pembagian kalmat opini dan fakta di atas, dapat disimpulkan
ciri-ciri kalimat fakta dan opini sebagai berikut:
Kalimat
fakta |
Kalimat
opini |
objektif |
subjektif |
Sudah
terbukti kebenarannya |
Belum
terbukti kebenarannya |
Sudah
terjadi |
Belum
terjadi |
Memuat
data yang akurat |
Memuat
pendapat seseorang |
2. Menyusun Opini dalam
Artikel
Perhatikan penggalan teks yang
rumpang berikut!
Pendahuluan/tesis (pernyataan
umum)
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi
baca-tulis terhadap masa depan bangsa? ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Pembahasan atau rangkaian opini ( gagasan)
Data di atas cukup mencemaskan kita semua.
Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa
Indonesia sedang
giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan
bahwa peserta didik
yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan
literasinya
rendah. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Penutup
Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan
literasi baca-tulis peserta didik.
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Berdasarkan penggalan teks yang rumpang di diatas,
lengkapilah teks tersebut dengan kalimat-kalimat opini sehinggan tersusun
penggalan teks yang koheren. Dalam
melengkapi penggalan teks yang rumpang tersebut, perhatkan pula hubungan antar
paragraf sehingga menjadi kesatuan teks artikel yang utuh.
Comments
Post a Comment