Pertemuan ke-7 KBMN 28
Solusi Mengatasi Writer Blog
Kita sendirilah yang menciptakan kesulitan demi kesulitan sehingga hidup menjadi terasa sulit, tambah Omjay. Malam hari ini ada dua orang guru hebat Indonesia yang akan tampil membersamai bapak dan ibu semuanya. Pertama ibu Raliyanti yang menjadi moderator dan ibu Ditta yang menjadi narasumber. Siapkan resumenya dengan baik agar kelak bisa menjadi buku yang bermutu. Dari kumpulan tulisan di blog akan menjelma menjadi buku yang enak dibaca. Tegasnya.
"Tepat pukul 19.00 wib kita akan mulai materinya. Perhatikan dengan seksama informasi yang disampaikan oleh narasumber. Insya Allah resume malam ini akan terus bertambah dan kami akan dengan senang hati membacanya. Jangan sedih ketika blog anda sepi dari komentar. Anda bisa japri Omjay dan tim solid untuk membaca dan memberikan komentar. Selamat belajar menulis di pertemuan ketujuh" kata Omjay mengakhiri motivasinya.
Benar, tepat pukul 19.00 acara langsung dimulai. Moderator mengawali dengan ucapan, Alhamdulillah... hari ini kita memasuki pertemuan ke-7. Semoga semuanya masih tetap semangat untuk belajar. Aamiin. Masih terasa euforia pertemuan sebelumnya ya, tantangan menulis dari prof Eko yang menggoda. Semoga buku bisa terwujud nyata Tanpa ada Writer's Block yang melanda" .
Moderator pertemuan malam ini adalah Ibu Raliyanti. Jebolan peserta menulis gelombang ke 20. Teman dari Pak Dail dan bu Helwiyah. "Alhamdulillah... dengan rutin mengikuti kegiatan, mensupport diri untuk terus menyelesaikan resume on time, saling blog walking memberi semangat (sejatinya saya menyemangati diri saya sendiri) kemudian akhirnya... saya pun dinyatakan lulus krn jumlah resumenya sesuai kategori dan saya juga berhasil memiliki buku karya sendiri" kata sang moderator. ๐
Buku pertama saya berjudul "Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku" kemudian di tahun berikutnya lahir buku solo yg kedua dengan judul "Guru di Era Digital". Selain itu, ada 17 judul buku antologi yang saya miliki baik fiksi mau pun nonfiksi" jelas sang moderator.
Semua ini terwujud karena saya punya mimpi, termotivasi karena komunitas ini dan mendapat support serta ilmu dari narasumber hebat yang ikhlas berbagi tanpa pamrih. Masyaallah.. ๐๐๐๐
"Semoga bapak ibu yang belum punya buku nanti dapat segera menyusul, bisa punya buku karya sendiri. Dan mungkin di grup ini juga sudah ada yang punya buku... semoga tetap terus berkarya dan jangan berhenti begitu saja" kata sang moderator.
Narasumber kita kali ini adalah ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr.. Beliau adalah adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat.
Peserta dipersilakan untuk mengenal lebih dekat sang narasumber pada link berikut. https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1. Banyak karya yang telah dihasilkan. Di antaranya ada 6 karya pribadinya dan 13 karya bersama atau antologi.
Setelah mengucap salam narsum kemudian memberi motivasi terlebih dahulu. "Assalamu'alaikum wr wb Ibu Bapak hebat ๐Senang sekali malam ini kita bisa berjumpa dalam grup menulis gelombang ke.28.Terima kasih juga untuk Pak Dr Omjay yg sudah membuka kelas. Semoga sehat dan sukses selalu, Om.Bunda Rali, kalau boleh jujur, saya sangat senang melihat semangat Ibu Bapak dalam KBMN Gelombang ke-28. Hal ini terbukti dari resume yang dihasilkan dari setiap pertemuan. Jumlah yang menulis resume di grup ini jauh lebih banyak dari angkatan kami. Tulisan tulisannya juga sudah bagus-bagus. Kreatif" tutur Ibu Ditta.
"Perkenalkan nama saya Ditta Widya Utami. Saya juga alumni kelas menulis yang kini bernama KBMN. Tepatnya alumni Gelombang Ke-7. Siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan tentunya. Diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa saya sebut satu per satu" jelasnya.
Perkenalan itu dilanjutkan dengan mengungkapkan tentang proses bagaimana dia dulu sebelum menjadi penulis andal. "Saya sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Lalu ... saat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. Atas arahan guru Bahasa Inggris saya saat itu, saya juga menulis diary dalam bahasa Inggris. Ketika SMA, saya masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diary saya sempat berkomentar bahwa tulisan saya sudah seperti novel," katanya dengan penuh percaya diri. ๐
Tak berlebihan memang dengan semua yang diungkapkannya karena penghargaan yang telah diterima juga tidak main-main. Penghargaan atau prestasi bergengsi telah diterima dari berbagai tempat. Mulai penghargaan dari Parasamya Susastra Nugraha (100 Guru Penulis Jawa Barat) - pada tahun 2020 sampai penghargaan dari Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang (2021) untuk guru berprestasi disampaikan saat Hardiknas, serta penghargaan dari Bupati Subang pada tahun 2022. Wow..Kereen.
"Namanya anak remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Namun belakangan, saya tahu bahwa menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi self healing yang baik" lanjutnya.
"Bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi. Rupanya kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat" katanya menjelaskan.
Beliau juga aktif menulis saat mahasiswa. Misalnya ketika kuliah dulu, beliau pernah membuat buku Petualangan Kimia bersama rekannya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. "Alhamdulillah meraih posisi kedua", katanya dengan penuh bersyukur.
Tak hanya itu, Di saat kuliah juga, beliau menulis proposal bersama teman-teman dan berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. "Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar" imbuhnya. Hehe..sekarang jumlah itu juga masih sangat besar, kataku dalam hati.
"Pada saat awal masuk dunia kerja, bisa dibilang saya cukup vakum menulis. Karena mengajar di boarding school dengan aktivitas yang padat membuat saya mengambil jeda sejenak dalam dunia kepenulisan. Hingga akhirnya di awal masa pandemi, saya mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7" ungkapnya.
"Saya sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, saya kemudian kembali aktif menulis di blog"ungkapnya . Tak hanya sampai di situ, Ibu Ditta bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor" tambahnya.
Di sisi lain, karena sudah terbiasa menulis juga, narsum bisa menyelesaikan esai pada seleksi Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3. "Alhamdulillah saya lulus juga" katanya. Serta Alhamdulillah juga saat ini sedang bertugas lagi pada Angkatan 6. Hehe..Itulah orang hebat, selalu memborong...
Manfaat Menulis
Menulis memiliki banyak manfaat (disadari/tidak). Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya.
"Apa kaitannya cerita saya dengan writer's block?" tanya narsum. Pertama, mari kita samakan persepsi bahwa aktivitas menulis itu maknanya luas. Sebagaimana dalam kisah di awal, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume, dsb.
Kata 'menulis' berbentuk kata kerja. Karena kata kerja maka hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yang tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll.
"Tahu tidak, faktanya, penulis-penulis di atas masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak peduli tua atau muda, profesional atau tidak, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Karena WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan" jelas Ibu yang memiliki satu anak ini. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.
Pengertian Writer's Block (WB)
Sederhananya, WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak. Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika.Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa saya katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan?
Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya.
"Mencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misal ketika jadi penyebab: Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB. Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik" jelas Ibu muda ini.
Di samping itu, lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.
"Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh. Maka, mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi" katanya meyakinkan. Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan. Beberapa teman dan saya sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing. Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. "Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB. Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis. Ibu Bapak hebat, masih ingat kisah saya menulis diary berbahasa Inggris yang saya ceritakan di awal? ๐
Jika saya membuka kembali diary berbahasa Inggris yang saya tulis saat duduk di kelas 2 SMP, saya akan tersenyum bahkan tertawa sendiri. Bagaimana tidak? Grammar nya saja banyak yang tidak sesuai, tapi saya tetap PD menulis ๐ tak hanya satu, ada dua atau tiga diary. Tapi, justru itulah salah satu kunci menghadapi WB.
Yuk, dicoba menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai? o, ayooo semangattt menulisss ... ✍๐ป
Bukankah, satu tulisan yang bermanfaat atau menginspiy bagi satu orang, akan lebih baik daripada tulisan yang dibaca banyak orang tapi mudah dilupakan?Yuk, menulis dengan teknik free writing alias menulis bebas.
Bagaimana dengan kita Sahabat, sudah sering rupanya kita terserang, namun belum mengerti jika itu dinamakan WB........ ๐๐
Pengalaman pribadi
Kondisi lazim yang dialami penulis adalah ide yang mandek, buntu, tertutup, atau mampet. Kebuntuan ide ini bisa saja kita alami saat kita menuangkan ide. Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja ide yang ada di kepala menjadi hilang. Hal ini seperti yang aku alami saat menulis resume di akhir kegiatan KBMN ini, terutama, pada penulisan pendahuluan atau awal memulai menulis. Atau saat menulis paragraf pertama. Ada perasaan bingung, dan merasa kurang sreg dengan kalimat pembuka. Takutnya akan membuat pembaca kecewa. Rasanya kok hanya gitu-gitu saja cara aku memulai menulis. Perasaan inilah yang akhirnya menjadikanku agak jenuh. Sementara aku membaca-baca tulisan para peserta yang lain kok bagus-bagus, asyik-syik sekali dalam memulai tulisannya. Jadilah aku mulai merasa bosan saat harus menyusun resume. Semakin kesini semakin sulit rasanya kegiatan menulis ini.
Di tengah kebingungan dan kebuntuan menuangkan ide itulah Mbak Ditta hadir. Hadir sebagai narasumber untuk mengatasi writers block. Panjang lebar yang telah diungkapkan oleh seorang guru yang mengajar IPA di SMP di Subang ini sebagai narasumber malam itu. WB alias Writer's Block. WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya, dan ternyata aku sedang mengalami hal semacam itu, virus WB alias Writer's Block. Virus ini "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, kata Ibu Ditta.
Banyak aku dapatkan ilmu dari kegiatan menulis malam itu. Banyak yang aku tahu. Terutama cara mengatasinya. Solusi mengatasi masalah tersebut, menurut Bu Ditta jika saat mandek, coba tulis saja:
"Sekarang ini saya sedang buntu menulis. Entah mengapa tiba-tiba mandek. Seperti sedang berlari sprint lantas menabrak tembok .... dst.""Jujur, saat ini aku ragu. Ragu jika tulisanku ini seindah pelangi. Seharum mawar. Atau sebaik intan yang akan dipandang banyak orang. Banyak ketakutan yang muncul dalam benakku ... dst..dst..katanya memberi solusi. Nah kan meski mandek, dengan teknik free writing (biarkan tangan menulis dan ide muncul belakangan, tak perlu bingung benar salah yang penting nulis)" jelasnya.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Sahabat pecinta literasi. Hari ini, Senin tanggal 23 Januari 2023 kita diajak memahami kembali seputar dunia kepenulisan. Alhamdulillah kita sudah mencapai pertemuan ketujuh. Pertemuan yang lumayan membuat penulis pemula agak kewalahan jika tidak benar-benar memiliki tekad yang kuat. Kuakui semangat sudah mulai agak surut, kendor tak seperti saat di awal-awal.
Assalamualaikum Sahabat, malam ini, Jumat, 20Januari 2023 Kelas Belajar Menulis (KBMN) 28 measuki pertemuan ke-6, tak terasa ya. sepertinya baru kemarin aku belajar menulis ternyata sudah minggu kedua. Jika kita merasa tidak suka, satu hari saja rasanya lama sekali. jangankan satu hari, beberapa detik saja sudah kita rasakan bosan. Hal iini tidak terjadi. Aku sangat merasakan manfaat dari kegiatan KBMN ini. Tema kali ini adalah menuntut kita berpikir ke depan, berpikir ke arah mewujudkan mimpi.
Inilah contoh paragraf pertama yang aku tulis. Nadanya selalu sama. Itu-itu saja. Faktor penyebab yang kualami adalah ketika membuat paragraf pertama. Sudah aku bayangkan tentang apa yang akan saya tulis. Semua sudah menumpuk di otak. Bagiku paragraf pertama adalah pragraf yang krusial. Dari paragraf pertama inilah, tulisan itu bisa menggiring pembaca untuk mengikuti pembahasan selanjutnya. Itulah pemahamanku. Ibarat rumah, paragraf pertama adalah ruang tamu. Jika ruang tamu berantakan, tamu kita pasti tidak betah berlama-lama. Jika paragraf pertama membuat pening, aku yakin pembaca hanya melirik lalu pergi ngacir ", kata Irul dalam kompasiana.
Setelah mengikuti penjelasan aku jadi tahu bahwa jika kita kesulitan menyusun paragraf pertama, solusi terbaik adalah dengan menunda terlebih dahulu kalimat pembuka lalu langsung menuju ke isi dari tema yang akan kita tulis. Seiring dengan waktu, bila sudah selesai dan kita merampungkan tulisan kita akan mudah mendapatkan inspirasi untuk menulis kalimat pembuka.
Makasih Ibu Ditta yang cerdas dan Baik Hati. Love you.
Wash Bu Maria Resume Nya cetar sudah lengkap untuk dipoles jadi buku . Silakan.pilih mentor yang akan mengawal jadi buku
ReplyDeleteSubahanallah lengkap sekali ibu
ReplyDeleteKita sendiri yang menciptakan kesulitan....dalem maknane bu. Cakep
ReplyDeleteYuk mencoba menulis...๐
ReplyDeletehttps://lasendrada.blogspot.com/2023/01/mari-bahagia-menulis-sebuah-usaha.html