Masjid Kuno Bayan Beleq Kabupaten Lombok utara
Nusa Tenggara Barat
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta (tetap) menegakkan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Sematan Lombok sebagai kota seribu masjid memang cocok dan pantas. Jika kita pergi jalan-jalan ke Lombok memang tak sulit untuk menemukan masjid di berbagai tempat. Tak perlu berjalan puluhan kilo untuk mendapatkannya. Dengan jarak lima puluh meter saja sudah bisa kita temukan. Letak anatr satu masjid dengan masjid lainnya sangat berdekatan, berdempetan bahkan ada yang masjidnya berhadap-hadapan. Sehingga saat hari Jumat umat Islam yang laki-laki melaksanakan kewajiban sholat Jumat harus mendengarkan pengumuman terlebih dahulu karena masjid yang biasa digunakan sholat berjamaah tak mesti digunakan. Penggunaan masjid digunakan secara bergiliran. Kadang di masjid di sebelah kanan jalan, kadang juga di masjid sebelah kiri jalan. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang beragama Islam mendominasi. Menurut data BPS tahun 2021 bahwa jumlah penduduk yang muslim di Lombok sebesar 96,18 persen.
Telah banyak masjid dibangun. Di Lombok salah satunya. Namanya adalah masjid Kuno Bayan Beleq. "Awalnya masjid ini bernama Masjid Agung, tapi diganti namanya menjadi Masjid Kuno Bayan Beleq" kata Raden Abdullah, salah satu juru kunci masjid tersebut. Masjid Bayan Beleq berada di Desa Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Masjid ini merupakan peninggalan terbesar yang menjadi saksi bisu penyebaran Islam di Pulau Lombok, khususnya Bayan. Sekarang bangunan masjid ini menjadi salah satu situs cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara oleh pemerintah serta warga setempat.
Belum ada keterangan dan penjelasan yang pasti tahun berapa masjid tersebut dibangun. Dari beberapa sumber mengatakan bahwa masjid tersebut dibangun pada tahun 1500, kata Juru Kuncinya. Ada juga yang menyebut pada awal masuknya agama Islam di Pulau Lombok.Yakni pada awal abad ke-16. Hal ini bisa terbukti dari kitab fikih, Suluk, dan Lontar yang menjadi pedoman masyarakat sekitar. Bagi masyarakat Sasak, melantunkan tembang lontar sangat penting dalam mengabadikan nilai-nilai adat peninggalan budaya setempat. Dari lembaran seni tulis klasik itu pula mereka mencoba mengenang kembali sejarah keberadaan komunitasnya. Hal ini dilantunkan jika ada kegiatan-kegiatan keagamaan.
Siapapun bisa menjadi jamaah di masjid. Hal demikian tidak berlaku di masjid Bayan Beleq. Tidak semua orang walau beragama Islam boleh melakukan sembahyang di masjid tersebut. Jamaah masjid kuno Bayan Beleq ini adalah orang-orang pilihan. Bukan seperti pada umumnya. Jamaah masjid ini hanyalah khusus para kyai yang ada di Bayan. Jumlahnya pun harus 44 orang Kyai yang menganut Waktu Telu. "Waktu telu yang dimaksud disini adalah para kyai yang memiliki paham filosofi 3 Kehidupan (bertelur, beranak dan bertumbuh). 3 Budaya. 3 kehidupan perjalanan manusia (alam rahim, alam dunia dan alam akhirat). 3 waktu sholat. (pagi, siang dan malam)" jelas Pak Abdullah. Jangan salah sangka dulu, tambah laki-laki tersebut yang terus menjelaskan, waktu telu itu bukan sholatnya hanya 3 waktu saja. Yang dimaksud di sini adalah ada 3 waktu sholat yaitu waktu pagi (Sholat Subuh), waktu siang (sholat Dhuhur dan Asar), waktu malam (sholat Maghrib dan Isya" jelasnya karena Di Desa Bayan dikenal adanya Aliran Wetu Telu (Waktu Tiga). Terjadi perbedaan tentang interpretasi Wetu Telu. Ada yang berpendapat bahwa Wetu Telu adalah tiga hari besar berkumpulnya umat Islam yaitu pada saat shalat Jumat, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Ada juga yang berpendapat Wetu Telu adalah tiga waktu shalat yakni Maghrib, Isya dan Subuh. Perbedaaan tersebut tidak menjadi pertentangan di kalangan masyarakat Bayan. Wetu Telu muncul akibat penyebaran agama Islam yang tidak tuntas karena penyebar agama Islam saat itu berpindah ke Lombok Timur.
Adapun jumlah kyai yang 44 itu di antaranya sebanyak 41 jamaah dari Kyai Adat ditambah 3 orang kyai yang berfungsi sebagai Muadzin, disebut dengan Kyai Modin. satu orang sebagai Khatib disebut sebagai Kyai Ketip. Satu orang lagi sebagai Imam yang disebut dengan Kyai Pengulu. Semua Kyai Adat yang ada itu dalam naungan dari Kyai Pengulu. Para Kyai adat itulah yang boleh sholat berjamaah di sana.
Dilihat dari segi bangunan, masjid kuno tersebut sangat menggambarkan peradaban masyarakatnya, yakni Lombok Utara yang dibangun berdasarkan kesadaran adat, kesadaran sejarah, dan kesadaran spiritual. Dari segi bangunan, masjid kuno ini sangat unik. Pondasinya atau dasar masjid terbuat dari batu alam, batu kali yang dibiarkan terlihat dan nampak pada permukaan sehingga nampak tradisional.
Ukuran bangunannya adalah 9x9 meter persegi. Tiangnya terbuat dari kayu nangka bulat, dan terdapat 28 tiang yang mengelilingi masjid. Bentuk atapnya bertingkat dua. Berbentuk limasan yang terbuat dari jerami dan bambu yang dianyam kemudian diletakkan secara terbalik, gunanya agar air hujan tidak masuk ke dalam dan tidak menetes ke dalam. Dinding-dindingnya terbuat dari bambu yang dianyam. Sedangkan puncaknya berbentuk satu tiang, seperti burung merpati. Tak seperti pada umumnya berbentuk bintang dan bulan sabit.
Di dalam masjid hanya ada beduq saja. Lantainya masih berbentuk tanah tanpa dikeramik dan tak ada tikar ataupun sajadah.
Pendiri masjid kuno sampai kini masih belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan cerita masyarakat Bayan, Bapak Bayanto, guru SMA Negeri 2 Bayan, bahwa pendiri masjid adalah penyebar agama Islam yang pertama di wilayah Bayan. Ada juga dalam versi yang lain bahwa pendirinya adalah Syeh Gaus Abdul Razak. Beliau adalah salah seorang penyebar agama Islam di Bayan. Ada juga yang mengatakan bahwa masjid kuno dibangun oleh Sunan Prapen dari Demak Jawa Timur dan Syeh Maulana Malik Ibrahim. Kemudian diganti oleh murid Syeh yang bernama Titiq Mas Pengulu. Sampai saat ini masih ada keturunan ke-17 dan masih aktif dari Titiq Mas tersebut.
Marbot dan takmir masjid Kuno ini adalah para Kyai adat juga. . Jika Imamnya Kyai Penghulu, maka yang menjadi marbotnya adalah para kyai lainnya., yaitu Kyai Ketib, Kyai Modin. Mereka selalu bergantian dari para Kyai tersebut yang dinaungi oleh Kyai Penghulu.
Walaupun disebut sebagai masjid, tetapi fungsinya tidak seperti masjid pada umumnya. Tidak setiap hari masjid tersebut digunakan untuk sembahyang. Masjid ini hanya dipakai pada acara-acara perayaan tertentu saja, pertama shalat tarawih di bulan Ramadhan. Kedua Shalat Idul Fitri. Ketiga Shalat Idul Adha. Keempat Pembagian zakat fitrah. Kelima Penerimaan zakat fitrah. Keenam perayaan Maulid nabi Muhammad dan kegiatan keagamaan lainnya. Dari semua perayaan tersebut, Perayaan Maulidlah yang paling besar. Dalam perayaan maulid tersebut terdapat prosesi Maulid Adat yang biasanya digelar selama dua hari berturut-turut. Namanya Maulid Adat.
Konon sebagai sebuah syarat agar masyarakat Bayan masuk Islam, mereka harus melewati pohon Litaq (seperti gambar berikut) terlebih duahulu sebelum menuju ke Masjid tersebut dengan mengucapkan dua kalimat sahadat.
PROFIL PENULIS
Hj. Maria Ulfa, S.Pd, M.Pd, lahir di Lumajang, 19 Juli 1971. Menempuh masa pendidikan mulai dari SD Islam Tompokersan Lumajang, SMP PGRI 1 Lumajang, SPG Negeri Lumajang, kemudian melanjutkan S1 di IKIP Malang (UM). Lulus tahun 1995. Tahun 2016 ia telah menyelesaikan S2 nya di kampus Universitas Mataram. Penulis pernah menjadi dosen di Universitas Nahdatul Wathan Selong Lombok Timur Kampus 2 di Lombok Utara. Sejak tahun 1997 hingga kini ia menjadi guru di Sekolah Menengah atas Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Di sela-sela kesibukan sebagai pengajar ia juga aktif di Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Lombok Utara sebagai bendahara. Ia aktif juga di MUI (Majelis Ulama Indonesia) Lombok Utara sebagai Komisi Pemberdayaan Perempuan dari periode 2020-2025 mendatang. Penulis bergabung di KBMN gelombang 28 tahun 2023. Surel: mariaulfa97@guru.sma.belajar.id / WA : 085337807840.
Lanjutkan Bun.. baru baca sepintas saja saya sudah terharu
ReplyDeleteEnggih Bunda, siap
ReplyDelete