Pertemuan ke-26

Bisakah Aku Menjadi Penulis Buku Mayor

Orang boleh pandai srtinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah (Rumah Kaca, hal.352)
    Alhamdulillah syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT karena pada pertemuan ke-26 ini kita masih bisa mengikuti kegiatan menulis ini dengan penuh semangat. Pertemuan demi pertemuan bisa kita lalui dan bisa kita menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Dengan menulis setiap hari resep dari Omjay semakin terasa kosa kata yang ada di dalam benak kita semakin bertambah. Kemudahan untuk menuangkan apa yang terjadi, apa yang terlihat, dan apa yang kita rasakan lebih mudah untuk kita tuangkan ke dalam tulisan. 

    Malam ini kegiatan  dipandu oleh Ibu Raliyanti dan narasumber hebat kita Bapak Joko Irawan Mumpuni. Materi yang disampaikan adalah Menjadi Penulis Buku Mayor. Menjadi penulis buku Mayor adalah dambaan dari kebanyakan semua penulis. Namun tidak semudah itu menjadi penulis buku Mayor. Ada tingkatan dan lika-liku untuk itu. 

    Tentunyakita sudah merasakan banyak pengalaman berharga dalam mengikuti kegiatan ini. Salah satunya bertemu teman-teman sefrekuensi di seluruh nusantara. Yang tadinya maju mundur, malu-malu mau menulis, yang tidak PD dengan tulisannya akhirnya jadi berani untuk menulis. Langsung dipublish di blog dan dibaca banyak orang. Sementara yang sudah terbiasa menulis tentunya bertambah semangat. "Harapan kami pada pertemuan ke-26 ini, nanti bukan hanya 30 resumenya saja yang publish di blog, namun semoga Bapak iIbu juga sudah mencicil naskah tulisannya untuk diterbitkan menjadi buku solo. Jangan ragu bertanya pada TSO jika bapak ibu mengalami kegalauan" kata Ibu Raliyanti.

MENJADI PENULIS BUKU MAYOR.

     Tentunya banyak yang ingin tahu tentang penerbit mayor dan bagaimana caranya agar naskah kita bisa tembus ke sana.  Narasumber yang memberikan materi pada malam ini benar-benar "mumpuni" bukan hanya namanya saja tapi juga pengetahuan dan profesinya di bidang penerbitan khususnya penerbit mayor. Beliau adalah Bapak Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP.

Menurut narasumber judul dengan Istilah BUKU MAYOR adalah kurang tepat yang tepat adalah PENERBIT MAYOR. Jumlah penerbit mayor di Indonesia tidak banyak. Menjadi penerbit mayor memiliki kriteria yang tidak mungkin dapat diraih dalam waktun pendek, tetapi bisa sampai puluhan tahun. Syarat menjadi penerbit mayor salah satunya adalah harus sudah memiliki judul terbitan buku puluhan ribu judul dan tiap tahunnya harus menerbitkan ratusan judul secara konsiaten.

   PENERBIT MAYOR 


    Penerbit adalah  Industri kreatif yang didalamnya ada kolabarasi insan-insan kreatif : Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis. Ini adalah bagian dari industri kreatif penerbitan cetak, saat ini dan mendatang akan bertambah insan2-insan kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0. yang memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya-karya kreatif.

    Jenis-jenis buku di dunia ini, biasanya klasifikasi jenis buku digambar dengan grafis yang mirip sirip ikan seperti ini


    Dua kategori besar jenis buku:
  • Buku Teks (buku sekolah-kampus) dan 
  • Buku Non Teks (buku-buku populer). 
  • Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks  dibagi dua lagi menjadi buku Fiksi dan Non Fiksi. Sehingga grafisnya akan tergambar seperti ini:


Buku Perguruan tinggi dibagi dua lagi menjadi buku Eksak dan Non Eksak


Kira-kira kita masuk pada level yang mana yah. Perhatikan gambar berikut.

"Harapannya setelah mengikuti acara ini, teman2 sudah berada dilevel paling atas.

Ekosistem penerbitan 

Bila digambar utuh lengkap 


Namun bila disederhanakan akan menjadi seperti ini.


Tingkat literasi bangsa ini sampai saat ini masih banyak dikeluhkan banyak pihak akibat rendahnya tingkat litererasi dibanding negara lain sekawasan. Inilah sebabnya:

Salah satu cirinya adalah mudah percaya pada HOAX atau berita bohong

Bagaimana proses penerbitan 

mulai dari  memasukan/mengirinmkan naskah buku ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar. inilah gambarnya.. rumit ya..


Penerbit yang baik dan Penerbit yang perlu diwaspadai



Ada kutipan yang sangat menarik untuk para calon penulis:


  • Mengapa kita harus menulis? 
  • Apa sih yang didapatkan ketika penulis tersebut sudah berhasil menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi.
  • Ini yang akan didapatkan:




Menarik. Menarik karena menjanjikan. Ada juga penulis yang secara rutin tiap 6 bulan  sekali menerima royalty sampai ratusan juta rupiah secara rutin. Pertanyaan besar yang sering muncul adalah apa kriteria agar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat diterbitkan. Karena tidak semua naskah dapat diterima. Sebagai contoh penerbit ANDI itu tiap bulan menerima naskah masuk bisa sampai 500 nasakah. Namun yang diterima untuk diterbitkan hanya 50 Judul saja. 

Kriteria penilaiannya:


Tema Populer
Apa yang diaksut dengan tema populer bagaimana cara menilainya?'tentunya jawabnya dengan data. Salah satu data yang kami pakai adalah trend dari google trend. 
Contohnya:


Apakah buku yang membahas/tema tentang BATU AKIK akan diterima.. lihat gambar ini:


Tema tentang BATU AKIK ternyata sudah tidak menjadi trend lagi.  jadi kalau ada naskah buku masuk bertema BATU AKIK saat ini pasti akan ditolak. Lalu bagaimana dengan tema yang lain: Pemsaran misalnya: baguskan pasarnya tidak pernah mengalami titik nadir dan kemudian hilang dari minat masyarakat. Namun ternyata judul Pemasaran akan lebih menarik minat jika diganti judul dengan 'Marketing'

Bagaimana mengetahui tema2-tema yang menarik
Untuk bagaimana mengetahui tema-tema yang menarik, sekarang bagaimana cara penerbit mengukur reputasi penulis?. Semua pasti pakai data. Dalam hal ini penerbit memakai data salah satunya dari Google Scholer/Cendekia lihat gambar nya:  ini tampilan google cendekia:


Berikut contoh hasil untuk penulis yang berama Fandy Tjiptono. Perhatikan angka-angka sitasinya..


Ini adalah hasil untuk Prof, Jogiyanto. 


    Penerbit ANDI memiliki syarat minimal jumlah sitasi 2000 agar nasakah bisa diterima. Reputasi penulis ternyata sangat berpengaruh. Maka ketika Prof.Eko Indrajit ada program nulis bareng dengan guru, semua Penerbit Andi menerima. Mengapa? Disana tercantum nama Prof.EkoJi sebagai salah satu penulisnya.

Bagaimana cara menentukan jumlah cetak atau oplah. 
Perhatikan gambar berikut ini ada 4 kwadran:
Penerbit akan sangat berhati hati jika ada buku-buku yang bertema memiliki Pasar sempit dan Lifecicly pendek, namun penerbit akan senang dengan tema-tema buku yang memiliki Life Cycle panjang dan market lebar.

 Penulis yang idealis atau industrialis
Inilah ciri-ciri masing-masing kelompok:

Jadi penerbit akan menerima naskah buku yang memiliki pangsa pasar yang luas.



Perhatikan apa yang dikatakan berikut.


                                       


    Bagaimana Sahabat, sudah jelaskan. Semua sudah dijabarkan secara detil oleh narasumber. Terima kasih Pak Joko Irawan ilmunya sangat bermanfaat. 


SESI TANYA JAWAB

Selamat malam , saya Wahyu dari Semarang , ada 1 pertanyaan , saat penulis mengirim naskah untuk dibuat  buku ,ada penilaian naskah dari penerbit bisa diterima bisa juga ditolak. Yang ingin saya tanyakan   alasan apa saja sehingga penilai menolak naskah tersebut  tersebut. Terimakasih .

Jawab: Kebanyakan ditolak karena tema yang ditulis tidak lagi trend atau penulisnya belum memiliki reputasi sehingga menurut penerbit buku itu akan tidak laku.

Comments

Popular posts from this blog