Pertemuan ke-9 KBMN 28
Menulis itu Mudah
Baik di dunia maupun akhirat..Puji syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Tuhan Penguasa Alam
Yang tidak pernah tidur siang dan malam...Sembah sujud dari hati yang paling dalam..Semoga dapat hidup bahagia dan terbebas dari dunia kelam..Aamiin2 ya Robbal 'alamin" ucap moderator dengan lincahnya. Tak lupa sang moderator, Ibu Lely juga menyapa Omjay. Yang terhormat Om Jay...Dr Wijaya Kusumah, selaku Founder yang selalu ramah. Juga narasumber. Yang terhormat para Narasumber hebat, yang selalu mencurahkan ilmu - ilmu pencerahan dan menjadi bekal sebagai penulis yang lebih bermartabat, serta tak lupa juga peserta pelatihan pada KBMN 28 yang selalu sabar, dan setia untuk selalu giat belajar. Aplaus riang gembira untuk semuanya...mengawali perkenalannya.
Perkenankanlah saya selaku moderator yang bertugas malam ini, sebagai moderator pengganti, karena moderator utama sedang dalam perjalanan menuju Yogjakarta, untuk menghadiri acara wisuda putranya. Fiiamanillah bunda Helwiyah, dan Selamat Atas Wisuda Sarjana Putranya, Semoga Ilmu yang Didapat Adalah Ilmu yang Bermanfaat.
Bapak Ibu yang senantiasa menjadi pembelajar sejati..Malam ini kita dibersamai oleh Narasumber yang juga seorang Kyai..Beliau adalah Prof. Ngainun Naim yang juga seorang dosen di Perguruan Tinggi Negeri...Menulis itu mudah merupakan tema yang akan beliau bagikan dengan berbagai tips dan triknya di malam ini. Buku-buku beliau juga banyak. Kurang lebih ada jumlah buku 47 judul.
Tanpa membuang waktu lagi.. dan tak sabar menahan curahan ilmu dari Narasumber.. yang ibaratnya sumur yang tidak akan habis airnya...Maka saatnya kita siapkan wadah yang besar untuk menampungnya..
Narasumber ingin menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah. Pertama (1) Menulislah dari hal-hal sederhana yang kita alami. Pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami.Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan, tutur narsum. "Ya. Jadi ya apa yang kita alami sehari-hari. Tulis saja. Jangan takut salah atau jelek. Takutlah jika tidak menulis. Bapak Bapak Ibu sekalian. Jika kunci (1) dijalankan, menulis akan mudah" jelasnya.
Kedua, (2): jangan menulis sambil dibaca lalu diedit. Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Nulis itu ya nulis. Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca dulu. Cari suasana psikologis yang berbeda. Istilahnya ENDAPKAN DULU. Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki.
Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, saya selalu membaca ulang tulisan saya. Bisa sekali atau dua kali. Prinsip saya sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Kenapa? Karena tulisan kita adalah jejak kita. Bacalah link berikut https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63d1f30408a8b51db6795d52/menjadikan-literasi-sebagai-tradisi.
Berat itu ya tulisan untuk kepentingan akademik karena saya seorang guru besar. Ringan itu untuk kepentingan publik karena saya menyukai menulis apa pun.
Ketiga, (3) menulis tentang perjalanan. Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. narsum adalah profesor termuda. Termuda sih bukan Bu. Dulu mungkin saat SK turun, satu angkatan memang termuda. Sekarang sudah banyak yang lebih muda.
Buka link berikut. https://www.spirit-literasi.id/2022/01/kado-sangat-indah-di-awal-tahun.html. Kita semua sangat sering melakukan perjalanan. Saya sendiri baru sampai di rumah jam 18.20 setelah dari Jakarta tadi siang. Nah, apa-apa yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Jika Bapak Ibu rekreasi, tulis saja hal-hal yang Bapak Ibu alami. Itu mudah karena kita menjalaninya. Contoh ke kupang sebelum pandemi. https://ngainun-naim.blogspot.com/2020/02/senja-di-pantai-warna-oesapa.html
Baik, saya akan berikan satu lagi kunci menulis yang membuat menulis menjadi mudah, yaitu MENULIS SECARA NGEMIL. Sedikit demi sedikit. Saya nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Tidak banyak. Untuk blog atau Kompasiana, saya menarget 3-5 paragraf. Untuk artikel jurnal, saya menarget 1 paragraf. Itu target minimal. Itu yang saya perjuangkan. Pagi saya menulis artikel jurnal 1 paragraf. Sampai di kantor saya menulis untuk blog. Simak link berikut. https://www.spirit-literasi.id/2022/04/jejak-dari-bukittinggi-dari-ngarai.html
Saya kira 4 hal itu saja yang saya sampaikan. Itu mudah untuk dipraktikkan. Kalau jenis tulisan ilmiah, beda lagi he he. Baca link berikut. https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html. Sayajuga punya google scholar, bacalah.https://scholar.google.co.id/citations?user=SbPI0fkAAAAJ&hl=id&oi=ao ini google scholsr.
Bagaimana apa yang bisa Sahabat simpulkan dengan dengan tema Menulis itu Mudah? Benar mudah kan...
Tanya Jawab yang menarik.
1. Tanya: Menulislah hal-hal sederhana. Ini pernyataan yang keren dari narsum malam ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya. Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.
Jawab: Terima kasih. Saya cukup sering membaca puisi beliau. Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis. Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan. Baik, langkah awalnya itu dipaksa. Ya, tidak ada yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Saya bisa naik sepeda itu karena dipaksa. Ya, beberapa kali jatuh. Tapi sekarang benar-benar mudah. Ndak mikir. Dulu saya berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah. Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari. Jika mampu menulis setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.
2. Tanya :Jika menyimak paparan prof. Sepertinya menulis itu memang mudah. Namun sering kali, kita terjebak dengan ego kita.. masa tulisan yang diangkat cuma kayak gitu..bagaimana menyikapi hal ini prof?
Jawab: Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Saya juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, saya mengabaikan itu. Pokoknya saya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?
3. Prof, Jika menulis dari hal-hal yang kita alami, apabila yang kita alami begitu datar, biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial, bagaimana tulisan kita menjadi menarik untuk dibaca? Bagaimana cara menjadikan apa yang kita alami itu menjadi sesuatu yang spesial, yang bisa dijadikn ide untuk menulis? Menjadikan cerita tidak spesial menjadi spesial bagaimana prof?
Jawab: Baca link berikut.). https://www.spirit-literasi.id/2022/11/strategi-menulis-tentang-perjalanan.html
baca juga link berikut. 2). https://www.spirit-literasi.id/2022/09/slot-dan-waktu-terbit.html
3). https://www.spirit-literasi.id/2022/09/kunjungi-jurnal-tujuan.html untuk tulisan kunjungimjurnal tujuan.
4. Apa penyebab jurnal ditolak baca berikut.https://www.spirit-literasi.id/2022/09/penyebab-penolakan-artikel-jurnal.html. 15 hingga 15 bulan https://www.spirit-literasi.id/2022/09/dari-lima-belas-menit-hingga-lima-belas.html.
5. Bagaimana menentukan judul buku yang tepat dari cemilan tulisan tersebut? Terima kasih. Salam hormat pak Yai🙏🏻
Jawab: Waalaikumsalam. Bisa memakai judul umum. Misalnya KOMPILASI CATATAN HARIAN. Jadi temanya kan sangat umum. Pilihan lainnya, mulai sekarang coba rancang bab demi bab yang temanya berdekatan. lalu cicil secara ngemil. Jadinya nantinya mudah jika dijadikan sebagai buku.
6."Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi' (mantra sakti OmDok Jay. 'Mulailah dari yang sederhana, yang dilihat, dialami", dan banyak lagi. Persoalannya, menuangkan begitu saja, kemudian published apa bisa dilakukan terus menerus. Apa tidak perlu mengoreksi bahasa (diksi, dan perangkat bahasanya? Jika bukan kita yang merawat bahasa kita, siapa lagi? lama-lama bahasa Indonesia bisa rusak dong. Bagaimana, Prof.? Matur nuwun.🙏☺️
Jawab: Menulis setiap hari bukan berarti tanpa editing. Ibu bisa simak penjelasan saya di atas. Aspek yang penting dari menulis itu adalah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan menjadi tulisan. Ini jangan dipagari dulu dengan teori ini dan itu. Berani dulu. Artinya, ini tahapan yang belum selesai. Nah, setelah tulisan jadi, baru diedit. Itu dua hal berbeda. Jika menulis itu diawali dari harus begini, harus begitu, maka jadinya kayak mahasiswa yang menulis skripsi itu. Takut salah. Takut ini itu. Jadinya ya nggak jadi-jadi.
7. Tanya : Karena kebanyakan merasa takut tulisan nya jelek, takutnya tulisanya tidak ada yang baca, takut tulisannya tidak besumber, mohon pencerahannya Prof! Terima kasih sebelum dan sesudahnya
Jawab : Awalnya dipaksa. Lawan ketakutan. Jika tidak dipaksa, tetap tidak akan bisa. Bangun komitmen menulis setiap hari. Jika mampu komitmen selama tiga bulan, nanti bisa menjadi tradisi. Selamat mencoba
8. Mohon maaf mau bertanya, bagaimana agar ketika menulis kegiatan sehari-hari atau peristiwa yang kita alami, bisa lebih berwarna dan tidak membosankan saat dibaca. Mksh.Sri Rejeki Yogyakarta
Jawab: Baca berikut ini.https://www.spirit-literasi.id/2022/12/surabaya-sunan-bungkul-dan-jejak-ilmiah.html. Cerita tentang nulis ngemil https://ngainun-naim.blogspot.com/2019/08/empat-keunikan-shalat-jumat-di-masjid.html. https://www.youtube.com/watch?v=xliu1sCtkAQ spirit tulisan dari prof.
Comments
Post a Comment